Kisah Perjuangan Anakku Melawan Kanker Darah Leukemia Akut (ALL)
Leukemia akut atau Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL) adalah salah satu jenis kanker darah yang dapat menyerang siapa saja, termasuk anak muda. Penyakit ini ditandai dengan produksi sel darah putih yang abnormal di dalam sumsum tulang, sehingga mengganggu fungsi darah normal.
Artikel ini bukan sekadar penjelasan medis, tetapi juga kisah nyata saya sebagai seorang ibu ketika anak pertama saya didiagnosis leukemia. Semoga pengalaman ini bisa menjadi pembelajaran, penguat hati, sekaligus informasi bagi orang tua yang menghadapi kondisi serupa.
Awal Gejala yang Tak Disangka
Kamis dini hari, 13 Maret 2025 bertepatan dengan 13 Ramadhan, sekitar pukul 01.30, anak pertama saya yang berusia 23 tahun masuk ke kamar dan membangunkan saya. Ia mengeluh nyeri dada yang sangat mengganggu, lalu meminta dibelikan obat.
Setelah minum obat, rasa sakit sempat mereda dan ia tertidur selama 30 menit. Namun, setelah itu keluhannya kembali muncul, bahkan semakin parah. Saat sahur, ia terus mondar-mandir sambil menahan sakit. Saya bujuk untuk ke dokter, tapi ia menolak karena tidak ingin dirawat. Menjelang subuh, nyerinya semakin hebat hingga menjalar ke pinggang dan tulang belakang, membuatnya kesulitan berjalan.
Perjalanan ke IGD
Setelah salat Subuh, saya putuskan untuk membawanya ke klinik 24 jam. Sayangnya, saat tiba di sana, tidak ada petugas yang berjaga. Akhirnya saya menyarankan untuk langsung ke IGD Rumah Sakit.
Rumah sakit swasta menjadi tujuan pertama, tetapi IGD penuh. Kami pun melanjutkan ke RSUD, dan alhamdulillah tersedia ruang untuk perawatan darurat. Anak saya segera mendapat cairan infus serta obat pereda nyeri. Namun, setelah tiga jam, rasa sakitnya tak juga reda.
Hasil Pemeriksaan Awal
Hasil diagnosa awal tertulis “Headache”, padahal keluhan utama adalah nyeri dada. Setelah diperiksa ulang dengan EKG dan rontgen, dokter mengatakan tidak ada masalah serius pada jantung maupun paru-paru. Dokter meminta menunggu hasil tes laboratorium yang masih diproses.
Beberapa saat kemudian, dokter memanggil saya untuk membacakan hasil lab:
“Bu, hasil tes darahnya menunjukkan ada keganasan dalam darah. Leukositnya sangat tinggi, mencapai 54.000, padahal normalnya hanya 4.500 - 11.000. Trombosit juga rendah, hanya 60.000 dari seharusnya 150.000 - 450.000.”
Mendengar hal itu, saya sempat tidak percaya. Saya mencoba berpikir positif, barangkali hasil tesnya salah. Namun, anak saya langsung dirujuk untuk rawat inap agar bisa dilakukan observasi dan tes lanjutan.
Diagnosis Leukemia Akut
Malam pertama di RSUD, anak saya tiba-tiba mengalami demam tinggi. Hingga lima hari dirawat, berbagai tes tetap mengarah pada dugaan Leukemia Akut (ALL/AML).
Saat dokter menyampaikan bahwa peluang bertahan hidup maksimal hanya 5 tahun bila pengobatan berjalan lancar, pertahanan saya runtuh. Air mata deras mengalir karena tak mudah menerima kenyataan pahit ini.
Dokter menyarankan agar segera dilakukan pemeriksaan lebih lengkap serta pengobatan lanjutan di RS Kanker Dharmais, Jakarta, karena fasilitas dan terapi leukemia lebih lengkap di sana.
Bagaimana Menyampaikan pada Anak
Sebagai seorang ibu, tantangan terbesar adalah bagaimana menyampaikan kabar ini kepada anak. Saya takut ia akan drop secara mental. Namun setelah mempertimbangkan, saya memilih untuk berkata jujur:
“Kak, menurut dokter kamu harus dirujuk ke rumah sakit di Jakarta karena di sini tidak tersedia obat dan terapi khusus. Bunda akan selalu menemani. Menurut dokter, kamu didiagnosis Leukemia. Tapi jangan takut, beruntung sekali diketahui sejak awal sehingga masih bisa diobati.”
Awalnya, ia pun tidak percaya. Ia merasa hanya masuk angin, apalagi nyeri dada sudah mulai berkurang. Wajar, karena mungkin ia belum sepenuhnya memahami apa itu leukemia.
Apa Itu Leukemia?
Leukemia, atau sering disebut kanker darah, adalah penyakit yang menyerang sumsum tulang. Kondisi ini membuat tubuh memproduksi sel darah putih abnormal dalam jumlah sangat banyak.
Padahal, fungsi utama sel darah putih adalah melawan infeksi. Namun pada penderita leukemia, sel-sel abnormal tersebut justru tidak berfungsi normal dan malah mengganggu fungsi sel darah merah maupun trombosit. Akibatnya, penderita bisa mengalami gejala seperti:
- Mudah lelah
- Demam berkepanjangan
- Mudah memar atau berdarah
- Nyeri tulang dan sendi
- Infeksi berulang
Langkah Selanjutnya
Setelah diagnosis leukemia ditegakkan, anak saya harus menjalani serangkaian tes tambahan serta persiapan untuk pengobatan intensif. Beberapa langkah medis yang umumnya dilakukan adalah:
1. Pemeriksaan Lanjutan
- Biopsi sumsum tulang
- Tes genetik dan molekuler
- Pemeriksaan fungsi organ (hati, ginjal, jantung)
2. Pengobatan Leukemia
- Kemoterapi sebagai terapi utama
- Terapi target untuk jenis leukemia tertentu
- Transplantasi sumsum tulang jika diperlukan
- Terapi pendukung untuk mengatasi gejala
Dukungan Emosional Keluarga
Menghadapi leukemia tidak hanya soal pengobatan medis, tetapi juga kekuatan mental dan dukungan keluarga. Saya berusaha menjadi tempat anak saya bersandar, memberikan semangat setiap hari, dan meyakinkannya bahwa ia tidak sendiri.
Kesimpulan
Kisah ini masih panjang. Perjalanan melawan leukemia tidaklah mudah, tetapi saya percaya dengan doa, dukungan keluarga, serta ikhtiar medis, harapan untuk sembuh tetap ada.
Artikel ini adalah bagian pertama dari cerita saya tentang perjuangan anak melawan leukemia. Pada artikel selanjutnya, saya akan membagikan lebih detail mengenai proses pengobatan, kendala yang dihadapi, serta bagaimana kami berjuang menghadapi hari-hari sulit.

Posting Komentar untuk "Kisah Perjuangan Anakku Melawan Kanker Darah Leukemia Akut (ALL)"